21 April 2017

Perpisahan (1/5)

Pada malam itu, malam indah diiringi dengan turunnya hujan. Kau datang dengan senyum terindahmu, walapun seluruh tubuhmu basah karna air hujan. Aku sangat bahagia, aroma hujan membaur dengan aroma tubuhmu. Tanpa basa basi aku langsung memelukmu, meluapkan segala rasa rindu yang menyesakkan dada. Ingin sekali aku memberhentikan waktu, agar aku selamanya bisa memelukmu.

Ternyata kebahagian ku hanya sampai disitu. Bagaikan tersambar petir, kau ucapkan kata-kata yang tak pernah ku fikirkan akan kau ucapkan. Kau mengucapkan kata pisah, setelah semua yang telah kita lalui selama ini. Sakit, sakit sekali saat kau ucapkan kata itu. Dada ku sesak. Aku tidak bisa merasakan apapun. Air mata terus mengalir bersama derasnya hujan. Setelah kau mengucapkan semuanya, kau kembali memeluk ku. Bukan, bukan pelukan hangat seperti biasanya. Ini adalah pelukan perpisahan. Lalu kau pergi begitu saja, menyisakan aku yang masih luruh ketanah. Sesak Tuhan, hati ku sesak. Semua badan ku seperti tidak berfungsi. Aku seperti mati.

Orang yang ku cintai pergi, menghilang ditengah derasnya hujan. Untuk pertama kalinya, aku sangat membenci hujan. Hujan malam itu mengantarkan kabar buruk, sebuah perpisahan yang menyakitkan. Hidup ku tidak adil, baru saja aku merasakan kebahagian. Dengan seenaknya kebahagian ku direnggut secara paksa.

Aku benci hujan, dan aku benci cinta. Semuanya sangat menyakitkan.

No comments:

Post a Comment